Oleh: Ventianus Sarwoyo
Action research atau riset tindakan, tidak harus menyita waktu khusus bagi guru selain menganalisis dan merefleksikan apa yang sudah berlangsung di dalam kelas. Guru pun tidak hanya sebagai pengamat tetapi menjadi aktor utama atau bagian yang tidak terpisahkan dari riset tersebut.
Pengantar
Dalam tulisannya yang berjudul “Pendidikan Kunci Pembangunan”, mantan Wakil Presiden RI Boediono memaparkan intisari dari hasil riset yang dilakukan Daren Acemoglu dan James A. Robinson yang dilakukan pada tahun 2012 yang mencoba mengidentifikasi faktor-faktor penentu kemajuan suatu bangsa berdasarkan analisis pengalaman bangsa-bangsa. Dari riset itu ditemukan satu poin penting bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh mutu institusi-institusinya. Jadi, institusi memegang peran kunci dalam pembangunan suatu bangsa.
Kualitas suatu institusi tentunya dipengaruhi oleh kualitas orang-orang yang berada dalam institusi tersebut. Menciptakan orang-orang yang berkualitas dalam suatu institusi menjadi bagian dari misi dan tugas besar sebuah proses pendidikan. Dalam hal inilah peran penting atau sentral pendidikan yakni menanamkan sikap yang tepat dan kompetensi yang memadai bagi setiap individu-individu yang menempati suatu institusi demi kemajuan suatu bangsa. Dalam skop yang lebih kecil, pendidikan yang dimaksud adalah sekolah. Sekolah memiliki peran yang urgen dalam mempersiapkan individu-individu yang akan menempati suatu institusi demi kemajuan suatu bangsa. Di sekolah, individu-individu yang dimaksud adalah siswa atau peserta didik, sedangkan pihak yang menanamkan sikap dan bekal kompetensi kepada individu-individu tersebut adalah guru. Guru memiliki peran yang sangat sentral dalam mempersiapkan peserta didik yang berkualitas.
Ketika ditempatkan sebagai sosok yang berperan sentral dalam upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi individu-individu yang memiliki kompetensi yang matang, maka seorang guru mau tidak mau harus juga memiliki bekal kompetensi yang mumpuni. Dalam bahasa yang lain, guru harus benar-benar profesional dalam bidang tugas yang diembannya. Profesional yang dimaksud bisa berkaitan dengan kompetensi (konsep dan teknologi) yang harus dimiliki, dapat juga berkaitan dengan sikap yang harus ditunjukkan. Ketika para guru sudah profesional maka upaya penanaman sikap dan pembekalan kompetensi kepada peserta didik yang diajarnya menjadi lebih mudah. Pertanyaannya adalah bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru yang merupakan individu kunci dalam proses penanaman nilai dan pembekalan kompetensi kepada peserta didik? Menurut penulis, salah satu cara ampuh yang dilakukan adalah dengan melakukan action research. Mengapa action research? Itulah yang akan coba diulas penulis melalui makalah ini.
Action Research atau Riset Tindakan
Definisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring (2018), profesionalisme didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Dalam konteks tulisan ini, profesionalisme guru yang dimaksud adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri seorang guru. Tidak dapat disangkal bahwa mutu atau kualitas seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas individu yang dididiknya. Ketika hipotesis ini cukup sulit ditolak, maka tidak ada tawaran lagi bagi seorang guru untuk meningkatkan profesionalitasnya. Salah satu cara yang menurut penulis mampu meningkatkan profesionalis guru adalah dengan melaksanakan action research.
Action research yang lebih dikenal dengan penelitian tindakan atau riset tindakan dalam bahasa Indonesia adalah riset yang dilakukan oleh seseorang yang sedang praktik dalam suatu pekerjaan untuk digunakan dalam pengembangan pekerjaan itu sendiri (Suparno, 2008: 5). Pelaku riset tindakan adalah orang yang sedang melakukan pekerjaan itu, dalam hal ini adalah guru. Suparno melanjutkan tujuan dari riset tindakan yang dilakukan adalah untuk memperbaiki keadaan dan kinerja dari pekerjaan itu sendiri.
Suparno (2008) juga mencoba mengutip pendapat beberapa ahli mengenai riset tindakan.
• Kemmis
Kemmis mengungkapkan bahwa riset tindakan untuk mencari relasi antara teori pendidikan dan praktik pendidikan sehari-hari. Riset diintegrasikan dengan setting pendidikan yang nyata sehingga dapat langsung mempengaruhi dan mengembangkan praktik pendidikan yang ada.
• Kemmis dan McTaggart
Kemmis dan McTaggart menjelaskan bahwa riset tindakan sebagai bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial dengan tujuan untuk memajukan produktivitas, rasionalitas, keadilan pada persoalan sosial, atau praktik pendidikan. Partisipannya adalah guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, anggota masyarakat. Dalam dunia pendidikan, riset tindakan digunakan dalam pengembangan kurikulum, profesi, program sekolah, perencanaan, dan kebijakan sekolah.
• McNiff
McNiff menerangkan bahwa riset tindakan sebagai riset praktisi karena dilakukan oleh praktisi sendiri tentang apa yang sedang dilakukan. Riset ini menuntut peneliti berpikir cermat tentang apa yang dibuat, atau menjadi semacam refleksi.
Dari definisi-definsi di atas, ada beberapa poin penting yang menjadikan riset tindakan ini sebagai jembatan atau strategi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Beberapa poin yang dimaksud adalah: pertama, dalam riset tindakan ini, guru menjadi bagian dalam penelitian, bukan hanya menjadi pengamat seperti dalam jenis penelitian-penelitian yang lain. Dalam riset tindakan ini, guru ikut ambil bagian dan berperan serta. Kedua, riset tindakan ini mengandung unsur refleksi. Unsur refleksi ini menjadi sangat penting karena dengan merefleksikan apa yang terjadi, guru menjadi tahu apa yang berhasil dan belum berhasil dalam proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Ketika guru mengetahui hal yang belum berhasil, barulah kemudian dia dapat mengambil langkah-langkah atau strategi yang baru supaya selanjutnya berhasil.
Tujuan
Ada beberapa tujuan utama dari riset tindakan seperti yang diuraikan Suparno (2008). Pertama, untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktik pendidikan yang diteliti secara lebih langsung. Kedua, untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktik guru di lapangan sehingga berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya. Ketiga, mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja.
Dari beberapa tujuan seperti yang dikemukakan di atas, menjadi sangat jelas bahwa riset tindakan ini merupakan salah satu instrumen utama yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Selain menguntungkan bagi dirinya sendiri, tentu riset tindakan ini juga menguntungkan peserta didik juga karena peserta didik dapat merasakan secara langsung upaya-upaya atau strategi yang dijalankan guru dalam proses pembelajaran demi mencapai hasil yang lebih baik.
Hubungan Riset Tindakan dengan Keteladanan, Sikap Kreatif, dan Inovatif Seorang Guru
Iklim yang tercipta dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah iklim akademik atau ilmiah. Proses yang melibatkan guru dan siswa di sekolah adalah bagian dari proses ilmiah. Guru mengajar atau pun siswa belajar itu dua-duanya terjadi dalam suasana yang ilmiah. Hubungan guru dan siswa tidak dapat dipisahkan dalam keseluruhan proses yang terjadi di sekolah. Sebagian besar dari kita pasti mengakui bahwa sikap dan keteladanan seorang guru menjadi sangat penting sebagai panduan bagi peserta didik. Apabila guru ingin siswanya menunjukkan suatu hal yang positif, maka paling tidak guru harus melakukannya terlebih dahulu. Maka, ketika guru ingin siswanya melakukan riset, guru harus terlebih dahulu menunjukkan kepada mereka hasil risetnya. Di sinilah guru dituntut untuk menjadi pemrakarsa atau perintis. Guru harus menjadi teladan yang sesuai bagi siswanya.
Riset tindakan dapat dimulai dari keprihatinan para guru terhadap masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Masalah-masalah itu dicarikan solusinya oleh para guru. Oleh karena itu, para guru kemudian mencari cara untuk menyelesaikan masalah itu. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melakukan riset tindakan. Riset tindakan memungkinkan guru untuk mencari penyebab masalahnya, melaksanakan rencana tindak lanjut, dan merefleksikannya untuk proses selanjutnya. Dengan proses refleksi yang dilakukan, guru dapat menemukan cara, metode, teknologi serta strategi lain yang lebih baik dalam proses pembelajaran agar mencapai hasil yang semakin baik. Dalam hal inilah, sangat terbuka kemungkinan guru mencoba menemukan cara yang lebih kreatif. Guru juga sangat dimungkinkan untuk melakukan berbagai inovasi. Inovasi yang terus menerus dan bervariasi dilakukan para guru ini tentunya tidak lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam proses pembelajarannya.
Action Research untuk Meningkatkan Profesionalitas
Setelah menyadari guru memegang peran kunci dalam proses pendidikan, barulah kemudian muncul berbagai program untuk meningkatkan profesionalisme guru. Salah satu cara yang sudah dilakukan di Indonesia adalah dengan sertifikasi guru. Sertifikasi guru diharapkan melahirkan guru-guru yang profesional dengan imbalan tambahan tunjangan atau pendapatan. Adapun yang sudah dilakukan dalam sertifikasi untuk mengukur profesionalisme guru adalah dengan mengumpulkan portofolio atau segala dokumen yang relevan dengan profesi keguruan. Sayangnya proses ini banyak dinodai oleh kecurangan, di antaranya banyaknya pemalsuan dokumen portofolio. Motivasi mulia di awal yakni melahirkan guru-guru yang profesional hanya tinggal menjadi impian. Tidak jarang hanya karena demi sertifikasi dan melengkapi portofolio, para guru membeli berbagai sertifikat seminar. Profesi mulia guru menjadi sangat tercederai.
Penulis berpendapat bahwa salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengukur sekaligus meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan action research atau riset tindakan. Hasil dari riset tindakan ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan penghargaan kepada guru sekaligus dapat mengklasifikasikan apakah guru itu profesional atau tidak. Mengapa harus riset tindakan? Menurut penulis, dengan riset tindakan, guru dapat merefleksikan setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Dia dapat berusaha untuk mencari cara atau taktik, serta teknologi yang tepat agar hasil pembelajarannya menjadi lebih baik. Selain hal itu, kegiatan tindak lanjut dari riset tindakan ini memberikan keuntungan tersendiri bagi peserta didik karena peserta didik itulah yang merasakan sendiri perubahan atau inovasi dari para guru untuk meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran.
Pada sisi yang lain, dalam riset tindakan seorang guru menjadi aktor kunci dan ikut berperan dalam penelitian. Dia menjadi bagian dari penelitian itu sendiri, bukan hanya sebagai pengamat. Dengan menjadi bagian dari penelitian, guru dapat merefleksikan dan dengan mudah menemukan persoalan yang dihadapi serta mengupayakan cara dan strategi yang tepat untuk meningkatkan mutu kegiatan dan hasil pembelajaran secara terus menerus atau berkelanjutan. Seperti yang diungkapkan McNiff (dalam Mulyana) bahwa tujuan utama dari penelitian tindakan adalah untuk perbaikan, yang harus dimaknai dalam konteks belajar khususnya, implementasi program sekolah umumnya, dengan sudut tinjauan yang lebih dititikberatkan pada sisi pengembangan staf.
Refleksi sebagai Faktor Kunci Kemajuan dan Inovasi
Socrates pernah menulis “hidup yang tidak pernah direfleksikan adalah hidup yang tak pantas dijalani.” Tulisan Socrates ini sejalan dengan salah satu elemen kunci dalam riset tindakan yakni refleksi. Tindakan refleksi menjadi satu bagian yang penting dalam keseluruhan alur riset tindakan. Dengan refleksi, seorang guru akan benar-benar mengetahui apakah proses dan hasil pembelajarannya sudah benar-benar bagus atau masih perlu ditingkatkan lagi. Ketika hasil refleksi menunjukkan bahwa proses dan hasil pembelajaran belum maksimal, guru kemudian mulai memikirkan cara dan strategi lain yang lebih baik dan kreatif agar proses dan hasil pembelajaran menjadi semakin lebih baik. Di sinilah ide-ide dan tindakan kreatif serta inovatif para guru akan muncul. Sebaliknya, ketika guru tidak pernah merefleksikan apa yang telah dilakukannya dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran itu menjadi tidak bermakna dan hanya menjadi formalitas belaka.
Akan tetapi, refleksi tanpa aksi juga tidak akan menghasilkan apa-apa. Maka, setelah merefleksikan proses yang sudah berlangsung, guru harus mampu merancang dan mendesain kegiatan pembelajaran yang lain yang lebih baru dan inovatif sehingga peserta didik menjadi lebih termotivasi dan hasil pembelajaran pun menjadi lebih berkualitas.
Penutup
Salah satu tugas guru adalah selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang guru akan menjadi semakin profesional. Salah satu upaya meningkatkan kualitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan hasil penelitian. Hasil penelitian yang lebih relevan bagi seorang guru adalah penelitian atau riset tindakan.
Riset tindakan tidak harus menyita waktu khusus bagi guru selain menganalisis dan merefleksikan apa yang sudah berlangsung di dalam kelas. Guru pun tidak hanya sebagai pengamat tetapi menjadi aktor utama atau bagian yang tidak terpisahkan dari riset tersebut. Di sisi lain peserta dapat merasakan secara langsung hasil kreasi dan inovasi dari gurunya dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran.
Ketika para guru sudah berusaha sedemikian rupa mencari cara dan strategi yang baru serta teknologi yang tepat dan inovatif dalam proses pembelajaran lewat riset tindakan, maka tidak ada salahnya jika pemerintah dituntut untuk hadir sebagai pihak yang bisa memberikan apresiasi yang layak. Dengan demikian, akan semakin banyak guru yang akan terus berinovasi dan mencari strategi yang kreatif serta teknologi yang sesuai dalam setiap pembelajarannya. Lebih dari itu, para guru kita bukan hanya menjadi guru yang biasa-biasa saja tetapi menjadi guru yang luar biasa sekaligus sebagai guru peneliti.
Referensi:
Boediono. 2012. “Pendidikan Kunci Pembangunan”. Kompas, 27 Agustus.
Depdiknas. 2005 (Cetakan Ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyana, Yoyo. “Penelitian Tindakan Kelas”. Bahan Presentasi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Suparno. Paul. 2008. Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: Grasindo.