Mengembangkan Talenta

Oleh: Timotius J

Kemungkinan dan harapan adalah sesuatu yang bisa disadari pada masa lalu dan kini, tetapi akan terpenuhi pada masa depan.

Setiap pribadi terlahir unik

Setiap orang terlahir unik, memiliki kekhasan dan berbeda dari yang lain. Bisa jadi ada kemiripan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain, tetapi tidak ada yang memiliki kesamaan mutlak. Keberadaan setiap pribadi merupakan sesuatu yang unik dan patut disyukuri dan sertentak dituntut pula tanggung jawab untuk menghargai pribadi lain di sekitar kita. Di dalam diri yang lain, akan ditemukan sesuatu yang tidak ada dalam diri sendiri. Tanpa kehadiran pribadi lain, masing-masing pribadi tidak akan merasakan dan mengalami kekayaan makna hidup.

Allah telah menganugerakahkan kepada setiap pribadi talenta-talenta tertentu. Talenta merupakan anugerah yang megarahkan setiap pribadi untuk mecapai kepenuhan hidup. Setiap manusia akan mencapai kepenuhan hidupnya jika dengan tepat dan secara sungguh-sungguh mengembangkan talenta. Jika tidak, talenta itu akan tetap terpendam dan tidak memberikan sesuatu untuk kebaikan hidup.

Dalam mengembangkan talenta yang ada, pertama-pertama masing-masing pribadi harus mengenal diri sendiri. Setiap pribadi perlu mengenal kelebihan, keunggulan dan juga kekurangan dan keterbatasan. Pengenalan diri sangat menentukan tindakan dan sikap dalam mengembangkan talenta. Talenta-talenta itu akan berkembang sejauh pribadi tersebut dapat mengatur dan berperilaku yang berpijak pada kelebihan dan kekurangan yang disadarinya.

Dalam mengenal diri, ada tiga gambaran tentang diri. Pertama, gambaran diri yang negatif yaitu seseorang melihat dirinya sebagai pribadi dengan berbagai kekurangan semata. Seolah-olah tidak ada kebaikan dalam dirinya. Hal ini akan membuat seseorang menjadi minder, malu, takut, dan merasa tidak sanggup untuk untuk terus belajar mengembangkan talentanya. Kedua,positif yang berlebihan, yakni seorang melihat dirinya serba bisa, semuanya baik, serta tak ada kekurangan padanya. Gambaran diri sepert ini dapat menjebak seseorang pada sikap angkuh, suka dipuji, dan merasa lebih dari orang lain. Gambaran seperti ini adalah gambaran diri yang keliru tentang diri. Ketiga, gambaran diri yang realistis, yaitu seorang melihat diri sebagaimana adanya, menyadari kelebihan maupun kekurangannya. Ia menerima diri apa adanya.

Orientasi hidup menyata dalam tindakan hari ini

Adalah tidak keliru manakala setiap pribadi memiliki cita-cita dan ideal hidup tertentu. Cita-cita itu akan menggerakan diri kita untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini, pengenalan diri dengan baik merupakan titik pijak untuk merencanakan arah hidup selanjutnya. Keberadaan setiap pribadi tidak hanya sampai dan berakhir pada hari ini saja.

Dalam lintasan waktu, ada masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu adalah kenangan dimana seseorang telah melewati dan mengalami peristiwa-peristiwa tertentu. Banyak hal yang sudah dilakukan. Bisa jadi, banyak hal sudah tercapai, tetapi juga mungkin mengalami kegagalan tertentu.

Masa depan merupakan saat yang dinantikan dengan harapan dan  kecemasan tertentu. Masa itu belum tiba dan tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi. Kemungkinan dan harapan adalah sesuatu yang bisa disadari pada masa lalu dan kini, tetapi akan terpenuhi pada masa depan.

Sementara hari ini, berada antara hari kemarin dan hari esok. Hari ini, kita sedang melakukan sesuatu, wewujudkan harapan yang sudah ditentukan pada masa lalu atau juga berupaya merencankan harapan baru yang terepenuhi secara sempurna di masa depan. Masa sekarang adalah kenyataan yang dihidupi setiap pribadi. Masa sekarang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Pada masa sekarang, masing-masing pribadi memiliki kenangan sebagai guru dalam melakukan sesuatu untuk mencapai harapan hidup. Arah hidup seseorang tampak dalam tindakan dan hidup masa kini.

Dalam perjuangan untuk menggapai harapan, pasti selalu ada tantangan dan cobaan. Pada dasarnya cobaan dan tantangan dapat menjerumuskan seseorang pada kegagalan. Kesuksesan hanya mungkin terjadi bila berani melawan, tidak tunduk pada cobaan-cobaan yang datang silih berganti.

Masing-masing pribadi telah memulai langkah pertama dan sebaiknya terus melanjutkan pendakian hingga mencapai titik puncak. Ada banyak tantangan, seperti jalan licin, terjal, tanjakan dan juga semak belukar. Namun, karena tujuan kita adalah puncak baiklah kita tidak menyerah, berjuang dan terus berjuang.

Kerikil yang mengganjal

Setiap pribadi tentu telah memulai perjalanan dan kini masih semangat menitip jalan itu. Bertahan dalam ketekunan akan menghantar pejalan mencapai puncak. Dalam perjalanan itu, selalu saja ada kerikil-kerikil yang mengganjal.

Pada mulanya kerikil itu, memang tidak kasat mata. Tersembunyi dalam batin. Tetapi kemudian, kerikil itu menjadi kelihatan dalam tingkah laku, baik terhadap Allah, diri sendiri, sesama manusia maupun lingkungan. Kerikil itu akan membutakan mata kita sehingga kita tidak dapat melihat masa depan dengan jernih.

Secara singkat, relasi manusia dibedakan atas dua, relasi vertikal dan relasi horisontal. Relasi vertikal adalah relasi antara manusia dengan Dia yang merupakan sumber dan penjamin hidup. Sementara itu, relasi horisontal adalah relasi antara seorang pribadi dengan pribadi yang lain, dan antara manusia dengan lingkungan.

Kerikil-kerikil dalam hidup bermula dari rasa curiga kepada Tuhan yang diimani. Orang beriman meyakini bahwa Allah itu berkuasa dan sangat diandalkan dalam menemani, meneguhkan, dan menguatkan kita untuk terus berjuang. Dalam kenyataan, sering kali kita merasa bahwa Allah tidak hadir untuk membantu, Allah tidak mungkin menemani kita lagi, atau Allah menutup mata terhadap penderitaan/kesedihan yang kita alami.

Sikap tidak percaya tersebut merupakan kerikil yang bisa jadi menjadi mengganjal perjalanan seseorang. Kasih Allah tidak diyakini sebagai jaminan dan sumber kekuatan, pengharapan, dan peneguhan. Ketika Allah tidak lagi diandalkan sebagai kekuatan dan penopang, maka manusia semata-semata mengandalkan diri sendiri. Manusia melihat dirinya sebagai tokoh yang serba bisa dan pusat dari segala yang ada.

Sang Pencipta telah menganugerahkan kepada masing-masing pribadi talenta untuk kehidupannya. Keraguan pada Dia sebagai penjamin hidup akan menjerumuskan pribadi pada sikap mengandalkan kekuatan sendiri. Kedikpercayaan-keraguan pada Dia dan mengandalkan kemampuan diri merupakan kerikil yang menghalangai masing-masing pribadi dalam mengembangkan talenta. Yesus mengecam para murid yang kurang percaya dan hanya mengandalkan kekuatan sendiri. 

Leave a Comment